Sabtu, 08 September 2012

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara lisan maupun secara tertulis. Ada empat aktivitas yang merupakan bagian dari berkomunikasi, yaitu menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Hal ini berarti belajar berkomunikasi adalah belajar menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Agar seseorang bisa mempunyai ketrampilan berbahasa ini, maka perlu ditunjang oleh aspek kebahasaan seperti yang diungkap dalam kurikulum bahwa pembelajaran kebahasaan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman ( menyimak dan membaca ) dan penggunaan bahasa ( berbicara dan menulis). Jadi pembelajaran kebahasaan hanya merupakan pelengkap dan penunjang pembelajaran ketrampilan berbahasa. Dalam bukunya ,Multiple Intelligences in The Clasroom, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yudhi Murtanto dengan judul Sekolah Para Juara,Thomas Amstrong menyatakan bahwa kemampuan menuasia terbagi dalam delapan kategori kecerdasan dasar yang kemudian dikenal dengn kecerdasan majemuk. Salah satu dari kecerdasan dasar itu adalah kecerdasan linguistik. Dengan kecerdasan ini manusia mampu menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menumbuhkembangkan kecerdasan linguistik tidak cukup hanya dengan strategi pembelajarn normatif-teoritis. Strategi ini dianggap sebagai bagian kecil dari sekian banyak strategi pembelajaran dan tidak selalu menjadi bagian yang paling penting. Untuk mengembangkan kecerdasan linguistik ada lima strategi pembelajaran yang perlu diterapkan yaitu bercerita, curah gagasan, merekam dengan tape recorder, menulis jurnal, dan publikasi. Dengan membaca dan memperhatikan amanat kurikulum bahasa Indonesia serta apa yang ditulis oleh Thomas Amstrong di atas, maka pembelajaran bahasa harus mengarah dan memfokoskan kepada pembelajaran ketrampilan berbahasa dengan tidak melupakan aspek kebahasaan. Bukan sebaliknya, memfokuskan pada aspek kebahasaan dengan tidak melupakan ketrampilan berbahasa . Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah masih banyak yang berfokus dan berkisar pada aspek kebahasaann . Guru lebih senang mengajarkan morfologi atau sintaksis ansih kepada para siswanya. Guru lebih suka ( disadari atau tidak) para siswanya menjadi ahli bahasa daripada menjadi orang yang trampil berbahasa ( baca berkomunikasi) atau lebih bangga dan merasa telah berhasil dalam pembelajaran jika para siswanya menguasai bahasa secara teoritis walaupun lumpuh dalam penguasaan bahasa secara praktis-pragmatis . Keadaan di SMPN Besuki tidak separah apa diungkap di atas. Pembelajaran bahasa Indonesia telah mengacu kepada ketrampilan berbahasa sesuai dengan kurikulum 1994. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak menemukan kendala sehinggga mutu pembelajaran bahasa Indonesia baik proses maupun hasil pembelajaran belum maksimal. Ketidakmaksimalan proses dan hasil pembelajaran terlihat pada banyaknya waktu yang terbuang sia-sia pada setiap pembelajaran ketrampilan berbahasa, khususnya menulis, dan pada saat hasil pembelajaran dipresentasikan atau dikumpulkan, hasil tersebut banyak yang tidak mencapai angka ketuntasan. Rendahnya mutu proses dan hasil pembelajaran ketrampilan berbahasa, khususnya menulis berita diasumsikan penyebabnya adalah guru belum bisa mengemas skenario pembelajaran yang variatif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Langkah-langkah guru masih monoton dalam pembelajaran. Setiap kompetensi dasar yang diajarkan masih sama langkahnya mulai dari kegiatan pendahuluan, inti, sampai penutup. Jika dilihat dari sisi siswa, maka rendahnya mutu pembelajaran menulis diasumsikan penyebabnya adalah kurangnya kosa kata aktif yang dimiliki siswa, tidak ada adanya model tulisan yang bisa dijadikan acuan oleh siswa, dan sumber belajar yang ada seperti buku paket masih terlalu teoritis serta kurang memberikan model-model tulisan yang pragmatis. Jika kendala-kendala yang ada baik yang menyangkut guru maupun siswa tidak secepatnya dicarikan jalan pemecahannya, maka pembelajaran menulis dan ketrampilan berbahasa lainnya akan berjalan di tempat atau bahkan akan menemui kegagalan yang sangat fatal. Untuk mengatasi masalah rendahnya mutu pembelajaran menulis di atas penulis mencoba mengemas skenario pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas dengan menerapkan strategi pembelajaran contectual teaching and learning khususnya penerapan pemodelan. Penulis mencoba menggunakan berita dalam surat kabar sebagai model. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: (1) Apakah strategi pemodelan berita dalam surat kabar, dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis berita ? (2) Apakah strategi pemodelan berita dalam surat kabar, dapat meningkatkan mutu hasil pembelajaran menulis berita ? 1.3 Tujuam Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui efektivitas penerapan strategi pemodelan berita dalam surat kabar dalam meningkatkan proses pembelajaran menulis iklan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SMPN 1 Besuki (2) Untuk mengetahui efektivitas penerapan strategi pemodelan berita dalam surat kabar dalam meningkatkan hasil pembelajaran menulis berita mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SMPN 1 Besuki. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi, a. penelitian ini bisa dijadikan sarana untuk mengemas skenario pembelajaran yang inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan b. penelitian ini sebagai masukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai penilaian c. penelitian ini sebagai masukan penyempurnaan kurikulum khususnya dalam pembuatan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP. 1.5 Indikator Keberhasilan Siswa Dalam penelitian ini, seorang siswa dikatakan tuntas dalam pemebelajaran menulis berita dengan memanfaatkan berita dalam surat kabar sebagai model jika siswa tersebut memenuhi kreteria sebagai berikut: (1) kreteria proses pembelajaran a. siswa terlibat langsung dalam pembelajaran baik fisik, mental, emosional, dan akademik b. siswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas menulis c. siswa merasa senang dalam mengerjakan tugas menulis d. siswa dapat memaksimalkan model berita yang digunakan sebagai acuan dalam menulis berita yang ditugaskan (2)kriteria hasil belajar e. tulisan yang dihasilkan sesuai dengan kriteria berita yang baik f. tulisan yang dihasilkan bersifat kreatif dan inovatif g. tulisan yang dihasilkan mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi 1.6 Definisi Operasional Definisi operasional diberikan dengan tujuan agar pemahaman penulis dan pembaca searah. (1). Mutu Pembelajaran Yang dimaksud dengan mutu pembelajaran di sini adalah gambaran tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang diukur dengan angka (2). berita Berita adalah tulisan atau tulisan yang disertai gambar yang memuat informasi tentang adanya peristiwa, kejadian, produk, jasa dan sebagainya yang disampaikan kepada khalayak ramai .. (3). Pemodelan Yang dimaksud dengan pemodelan adalah penggunaan contoh berita yang dimuat dalam surat kabar untuk menyusun berita lainnya. (4) Surat Kabar Media cetak yang berupa lembaran-lembaran kertas, yang isi utamanya adalah berita ditambah tulisan-tulisan lainnya dan terbit setiap hari

Kamis, 06 September 2012


SILABUS MATA KULIAH


Program Studi                         : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kode Mata Kuliah                  :
Mata Kuliah                            : Bahasa Indonesia
Jumlah sks                               : 2sks
Semester                                  : Genap
Mata Kuliah Pra Syarat           : -
Deskripsi Mata Kuliah            : Mata kuliah bahasa Indonesia sebagai MKDU menekankan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam ranah membaca, berbicara, menyimak, dan menulis.
Standar kompetensi                : Mahasiswa terampil berbahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa Nasional secara baik dan benar untuk menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai perwujudan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.


Kompetensi dasar
Indikator
Pengalaman belajar
Materi Ajar
Waktu
Alat/Bahan/Sumber belajar
Penilaian
1. Mahasiswa dapat menceritakan secara singkat sejarah perkembangan bahasa Indonesia dan mahasiswa dapat menjelaskan secara singkat pengertian bahasa
1. Mahasiswa mampu  menyebutkan periode singkat sejarah perkembangan bahasa Indonesia
2. mahasiswa mampu menulis batasan mengenai bahasa
3. Mahasiswa mampu memberikan penjelasan singkat mengenai bahasa
4. Mahasiswa mampu menyebutkan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Mahasiswa membaca bahan sejarah perkembanagan bahasa Indonesia.
Mahasiswa mendengarkan penjelasan mengenai periode perkembangan bahasa Indonesia.
Mahasiswa mencatat ringkasan.
Mahasiswa mendengarkan penjelasan tentang pengertian bahasa.
mendengarkan tentang penjelasan sejarah bahasa Indonesia
Mahasiswa mendengarkan penjelasan tentang pengertian bahasa
Sejarah bahasa Indonesia
Batasan bahasa
Hakikat kedudukan bahasa Indonesia (sikap penutur bahasa)
100’
Bahan fotokopi sejarah perkembangan bahasa Indonesia dan pengertian bahasa.
Skema sejarah bahasa Indonesia.
Halim dan Yayah (1983).
Marhijanto (t.t.)
Yamilah (1994).

Perilaku harian dan sikap harian

2. Mahasiswa  dapat menyebutkan salah satu hakikat bahasa (beserta contoh) dan menyebutkan salah satu fungsi bahasa (beserta contoh)
1. Mahasiswa dapat menyebutkan hakikat bahasa
2. Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi bahasa
3. Mahasiswa dapat memberikan contoh hakikat bahasa
4. mahasiswa dapat membeikan contoh fungsi bahasa.
Mahasiswa mengumpulkan
dan salah satu membacakan hasil tugas rumah mengenai hakikat bahasa
Mahasiswa mengumpulkan tugas rumah contah penggunaan bahasa (yang sudah diarahkan sesuai fungsi bahasa oleh dosen) dan salah satu membacakan.
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen mengenai hakikat dan fungsi bahasa.
Mahasiswa mencatat secara ringkas hakikat bahasa dan fungsi bahasa
Hakikat bahasa
Fungsi  bahasa
Identifikasi fungsi bahasa
100’
Bahan fotokopi
Tugas yang dikumpulkan mahasiswa
Chaer (1994)
Hidayat (2006)
Perilaku harian
Wawancara
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahasa Indonesia ragam ilmu
1. Mahasiswa mampu menyebutkan ragam bahasa
2. Mahasiswa mampu menunjukkan contoh masing-masing ragam bahasa
3. Mahasiswa mampu menjodohkan ragam bahasa dengan kelompok orang yang menggunakan ragam tersebut.

Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen tentang ragam bahasa
Mahasiswa mencatat kelompok manusia yang mempergunakan ragam bahasa.

Batasan ragam bahasa
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa bisnis
Ragam bahasa sastra
Ragam Bahasa filosof
Ragam bahasa jurnalistik
100’
Utami (2001)
Widhowati, dkk. (1992)
Prayitno, dkk. (2000)
Ramblan, dkk (1992).
Perilaku harian
wawancara
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan bahasa Indonesia yang baik dan benar
1. Mahasiswa mampu menulis dengan mempergunakan huruf sesuai ejaan.
2. Mahasiswa mampu menulis dengan mempergunakan tanda baca sesuai dengan ejaan.
3. Mahasiswa mampu menulis dengan mempergunakan istilah sesuai dengan ejaan.
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen.
Mahasiswa menulis karya dengan menerapkan huruf dan tanda baca sesuai ejaan yang sudah dijelaskan.
Mahasiswa menuliskan istilah baku berdasarkan istilah asing yang didektekan oleh dosen
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
100’
Widhowati, dkk. (1990)
EYD (2008)
Prayitno, dkk. (2000)
Ramlan, dkk. (1992)
Kridalaksana (2006)
Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia.

Wawancara
Perilaku Harian
5. Mahasiswa dapat menulis kalimat efektif
1. Mahasiswa mampu membuat kalimat berstruktur SPO
2, Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan struktur kalimat yang dibuat/dikutip dari bacaan/wawancara
3. Mahasiswa dapat mengedit kalimat yang telah dibuat oleh teman.
4. Mahasiswa dapat membuat paraphrase hasil wawancara/wacana
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen tentang kalimat efektif
Mahasiswa mendengarkan penjelasan tentang struktur kalimat
Mahasiswa membuat kalimat sendiri.
Mahasiswa mengoreksi kalimat yang telah dibuat.
Mahasiswa
Mengoreksi kalimat yang dikutip dari bahan bacaan/wawancara
Mahasiswa mengoreksi kalimat yang dibuat oleh teman
Mahasiswa membuat paraphrase untuk hasil wawancara/wacana

Batasan kalimat
Struktur kalimat
Pengertian kalimat efektif
100’
Kalimat hasil kutipan mahasiswa
Kalimat hasil tulisan mahasiswa
Badudu
Razak (1994)
Prayitno dkk. (2000)
Keraf (1988)
Natawidjaja (1996)
Perilaku harian
wawancara
6. Mahasiswa dapat menulis paragraf dengan pola pikir yang jelas.
1. Mahasiswa mampu membuat paragraf  berpola pikir induktif
2. Mahasiswa mampu membuat paragraf berpola pikir deduktif.
3. Mahasiswa mengetahui pola pikir dalam paragraf
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen
Mahasiswa membuat paragraf berpola pikir induktif
Mahasiswa membuat paragraf berpola pikir
Mahasiswa membuat paragraf berdasarkan kalimat yang ada.
Pengertian Paragraf
Pola pikir pagraf
Pengembangan paragraf
100’
Parera, (1987).
Badan Penerbit Undip (1994)
Prayitno, dkk. (2000)
Perilaku harian
7. Mahasiswa dapat menyusun karya ilmiah untuk berbagai kepentingan sesuai dengan ragam ilmu
--PKM, LKTM, proposal, dan laporan penelitian.
1. Mahasiswa mampu mengindentifikasi format karya ilmiah –PKM, LTKM, proposal, PKMI, artikel publikasi, dan laporan penelitian
2. Mahasiswa mampu menyusun salah satu karya ilmiah
3. Mahasiswa mampu proposal penelitian
Mahasiswa membaca berbagai pedoman penulisan karya ilmiah bidang ilmu yang ditekuni
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen.
Mahasiswa mendiskusikan hasil pembacaan pedoman penulisan karya ilmiah
Mahasiswa menuliskan secara ringkas tentang pedoman berbagai penulisan ragam ilmu
Ragam Bahasa II Pedoman PKM.
Pedoman LKTM
Pedoman PKMI
Pedoman laporan penelitian
Pedoman artikel publikasi
Pedoman proposal penelitian


Bahan fotokopi pedoman PKM dari Dikti.
Pedoman skripsi fakultas di UMS
Prayitno, dkk. (2000)
Pedoman LTKM
Pedoman PKMI
Wawancara
Perilaku harian
8. Mahasiswa dapat menulis sebuah karya ilmiah (untuk  PKMP atau PKMI atau seminar dan diskusi)
1. Mahasiswa mampu menulis topik artikel ilmiah berdasarkan penelitian yang dimiliki atau laporan tugas praktik di laboratorium.
2. Mahasiswa mampu menulis rumusan masalah dari topic yang sudah ditulis.
3. Mahasiswa mampu menulis bagian pendahuluan karya ilmiah
4. Mahasiswa mampu menulis bagian pembasan atau isi karangan
5. Mahasiswa mampu menulis daftar pustaka
6. Mahasiswa mampu menulis kutipan langsung dan tidak langsung dalam karya ilmiah.

Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen
Mahasiswa melakukan konsultasi
Mahasiswa menulis topic karya ilmiah dan didiskusikan dengan dosen.
Mahasiswa menulis bagian rumusan masalah.
Mahasiswa menulis bagian pendahuluan karya ilmiah
Mahasiswa menulis karya ilmiah bagian pembahasan atau isi karangan
Mahasiswa menulis sebuah daftar pustaka
Mahasiswa menulis kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Penulisan Karya tulis ilmiah
  1. bagian pemilihan topic dan rumusan masalah
  2. bagian pendahuluan karya ilmiah
  3. bagianpembahasan atau isi karangan
  4. bagian akhir karya tulis, penulisan daftar pustaka, dan penulisan kutipan, dan lampiran

4 x 100’
Sudjana dan Ulung (2001).
Barnum (2000)
Prayitno, dkk. (2000).
Keraf
Badan Penerbit Undip (1994)
Djuroto dan Bambang, (2002)
Indriati, (2001)
Hartono. (2002)
Yamilah dan
Slamet (1994.)
Parera (1987)
Perilaku harian

Wawancara
9. Mahasiswa dapat menyebutkan dan menyajikan jenis ragam lisan ilmiah
1. Mahasiswa mampu menyebutkan ragam lisan ilmiah
2. Mahasiswa mampu membuat sajian lisan berbentuk power point
3. Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan ketika presentasi
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen.
Mahasiswa menyajikan secara lisan karya ilmiah
Mahasiswa membuat presentasi dengan power point
Ragam lisan ilmiah (seminar, workshop, dsb.)
Presentasi hasil karya tulis ilmiah
100’
Karya presentasi karya ilmiah program power point.
Karya imliah hasil mahasiswa
Proposal PKM
Artikel PKMI
Perilaku harian.

Selasa, 04 September 2012

bimbingan karya tulis


Alasan bahasa melayu sebagai bahasa nasional

Merunut perkembangan sejarah bahasa Indonesia, berarti membicarakan bahasa Melayu sebagai akar bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang.

Dari zaman dahulu, bahasa Melayu sudah dipakai sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di kepulauan Nusantara, bahkan hampir semua Asia Tenggara.

Bukti bahasa Melayu digunakan di Nusantara antara lain tertulis pada:
  1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683
  2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684
  3. Prasasti Karang Brahi di Jambi, tahun 688
  4. Prasasti Gandasuki, tahun 832 di Jawa tengah dan pada Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942
Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa sejarah bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa Melayu kuno sudah digunakan bukan saja di pulau Sumatra, tetapi juga di pulau Jawa.

Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, para ilmuwan mengemukakan bahwa pada zaman kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu digunakan dengan fungsi sebagai berikut.

Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan hidup dan sastra.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan/pergaulan antar suku di Indonesia.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, baik suku yang ada di Indonesia maupun pedagang-pedagang dari wilayah di luar Indoensia.
Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa resmi kerajaan Sriwijaya.
Pengakuan Bahasa Indonesia Secara Resmi

Catatan sejarah bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia mengalami pertumbuhan terus-menerus. Baik dari luas wilayah para penggunannya maupun struktur bahasa Indonesia itu sendiri. Sehingga semakin ke depan, bahasa Indonesia menjelma menjadi bahasa yang modern, yang kaya kosakata dan mantap dalam struktur.

Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda, yang salah satu isinya mengakui dan meresmikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia. Ikrar tersebut selengkapnya sebagai berikut:

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia


Dengan adanya ikrar dalam Sumpah Pemuda tersebut, maka resmilah bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.

Alasan Bahasa Melayu Dijadikan Bahasa Indoensia

Ada beberapa alasan mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa nasional kita, yaitu sebagai berikut.
  1. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
  2. Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak mengenal tingkatan bahasa.
  3. Semua suku di Indonesia sepakat bahasa Melayu dijadikan bahasa nasional.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
  1. sebagai lambang kebangsaan
  2. sebagai lambang identitas nasional
  3. sebagai alat komunikasi antar suku dan antar budaya
  4. sebagai alat penyatuan bangsa
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
  1. sebagai bahasa resmi kenegaraan
  2. sebagai pengantar dalam dunia pendidikan
  3. sebagai alat perhubungan di tingkat nasional
  4. sebagai alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Begitulah sejarah bahasa Indonesia dari awal perkembangannya hingga sekarang. Kita sebagai generasi bangsa patut tahu dan bangga akan bahasa Indonesia dengan mempergunakannya secara baik dan benar.

maaf gan agak berbau