fitro
Sabtu, 08 September 2012
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara lisan maupun secara tertulis. Ada empat aktivitas yang merupakan bagian dari berkomunikasi, yaitu menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Hal ini berarti belajar berkomunikasi adalah belajar menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Agar seseorang bisa mempunyai ketrampilan berbahasa ini, maka perlu ditunjang oleh aspek kebahasaan seperti yang diungkap dalam kurikulum bahwa pembelajaran kebahasaan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman ( menyimak dan membaca ) dan penggunaan bahasa ( berbicara dan menulis). Jadi pembelajaran kebahasaan hanya merupakan pelengkap dan penunjang pembelajaran ketrampilan berbahasa.
Dalam bukunya ,Multiple Intelligences in The Clasroom, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yudhi Murtanto dengan judul Sekolah Para Juara,Thomas Amstrong menyatakan bahwa kemampuan menuasia terbagi dalam delapan kategori kecerdasan dasar yang kemudian dikenal dengn kecerdasan majemuk. Salah satu dari kecerdasan dasar itu adalah kecerdasan linguistik. Dengan kecerdasan ini manusia mampu menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menumbuhkembangkan kecerdasan linguistik tidak cukup hanya dengan strategi pembelajarn normatif-teoritis. Strategi ini dianggap sebagai bagian kecil dari sekian banyak strategi pembelajaran dan tidak selalu menjadi bagian yang paling penting. Untuk mengembangkan kecerdasan linguistik ada lima strategi pembelajaran yang perlu diterapkan yaitu bercerita, curah gagasan, merekam dengan tape recorder, menulis jurnal, dan publikasi.
Dengan membaca dan memperhatikan amanat kurikulum bahasa Indonesia serta apa yang ditulis oleh Thomas Amstrong di atas, maka pembelajaran bahasa harus mengarah dan memfokoskan kepada pembelajaran ketrampilan berbahasa dengan tidak melupakan aspek kebahasaan. Bukan sebaliknya, memfokuskan pada aspek kebahasaan dengan tidak melupakan ketrampilan berbahasa .
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah masih banyak yang berfokus dan berkisar pada aspek kebahasaann . Guru lebih senang mengajarkan morfologi atau sintaksis ansih kepada para siswanya. Guru lebih suka ( disadari atau tidak) para siswanya menjadi ahli bahasa daripada menjadi orang yang trampil berbahasa ( baca berkomunikasi) atau lebih bangga dan merasa telah berhasil dalam pembelajaran jika para siswanya menguasai bahasa secara teoritis walaupun lumpuh dalam penguasaan bahasa secara praktis-pragmatis .
Keadaan di SMPN Besuki tidak separah apa diungkap di atas. Pembelajaran bahasa Indonesia telah mengacu kepada ketrampilan berbahasa sesuai dengan kurikulum 1994. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak menemukan kendala sehinggga mutu pembelajaran bahasa Indonesia baik proses maupun hasil pembelajaran belum maksimal. Ketidakmaksimalan proses dan hasil pembelajaran terlihat pada banyaknya waktu yang terbuang sia-sia pada setiap pembelajaran ketrampilan berbahasa, khususnya menulis, dan pada saat hasil pembelajaran dipresentasikan atau dikumpulkan, hasil tersebut banyak yang tidak mencapai angka ketuntasan.
Rendahnya mutu proses dan hasil pembelajaran ketrampilan berbahasa, khususnya menulis berita diasumsikan penyebabnya adalah guru belum bisa mengemas skenario pembelajaran yang variatif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Langkah-langkah guru masih monoton dalam pembelajaran. Setiap kompetensi dasar yang diajarkan masih sama langkahnya mulai dari kegiatan pendahuluan, inti, sampai penutup. Jika dilihat dari sisi siswa, maka rendahnya mutu pembelajaran menulis diasumsikan penyebabnya adalah kurangnya kosa kata aktif yang dimiliki siswa, tidak ada adanya model tulisan yang bisa dijadikan acuan oleh siswa, dan sumber belajar yang ada seperti buku paket masih terlalu teoritis serta kurang memberikan model-model tulisan yang pragmatis.
Jika kendala-kendala yang ada baik yang menyangkut guru maupun siswa tidak secepatnya dicarikan jalan pemecahannya, maka pembelajaran menulis dan ketrampilan berbahasa lainnya akan berjalan di tempat atau bahkan akan menemui kegagalan yang sangat fatal. Untuk mengatasi masalah rendahnya mutu pembelajaran menulis di atas penulis mencoba mengemas skenario pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas dengan menerapkan strategi pembelajaran contectual teaching and learning khususnya penerapan pemodelan. Penulis mencoba menggunakan berita dalam surat kabar sebagai model.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan:
(1) Apakah strategi pemodelan berita dalam surat kabar, dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis berita ?
(2) Apakah strategi pemodelan berita dalam surat kabar, dapat meningkatkan mutu hasil pembelajaran menulis berita ?
1.3 Tujuam Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
(1) Untuk mengetahui efektivitas penerapan strategi pemodelan berita dalam surat kabar dalam meningkatkan proses pembelajaran menulis iklan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SMPN 1 Besuki
(2) Untuk mengetahui efektivitas penerapan strategi pemodelan berita dalam surat kabar dalam meningkatkan hasil pembelajaran menulis berita mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SMPN 1 Besuki.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi,
a. penelitian ini bisa dijadikan sarana untuk mengemas skenario pembelajaran yang inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
b. penelitian ini sebagai masukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai penilaian
c. penelitian ini sebagai masukan penyempurnaan kurikulum khususnya dalam pembuatan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP.
1.5 Indikator Keberhasilan Siswa
Dalam penelitian ini, seorang siswa dikatakan tuntas dalam pemebelajaran menulis berita dengan memanfaatkan berita dalam surat kabar sebagai model jika siswa tersebut memenuhi kreteria sebagai berikut:
(1) kreteria proses pembelajaran
a. siswa terlibat langsung dalam pembelajaran baik fisik, mental, emosional, dan akademik
b. siswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas menulis
c. siswa merasa senang dalam mengerjakan tugas menulis
d. siswa dapat memaksimalkan model berita yang digunakan sebagai acuan dalam menulis berita yang ditugaskan
(2)kriteria hasil belajar
e. tulisan yang dihasilkan sesuai dengan kriteria berita yang baik
f. tulisan yang dihasilkan bersifat kreatif dan inovatif
g. tulisan yang dihasilkan mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional diberikan dengan tujuan agar pemahaman penulis dan pembaca searah.
(1). Mutu Pembelajaran
Yang dimaksud dengan mutu pembelajaran di sini adalah gambaran tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang diukur dengan angka
(2). berita
Berita adalah tulisan atau tulisan yang disertai gambar yang memuat informasi tentang adanya peristiwa, kejadian, produk, jasa dan sebagainya yang disampaikan kepada khalayak ramai ..
(3). Pemodelan
Yang dimaksud dengan pemodelan adalah penggunaan contoh berita yang dimuat dalam surat kabar untuk menyusun berita lainnya.
(4) Surat Kabar
Media cetak yang berupa lembaran-lembaran kertas, yang isi utamanya adalah berita ditambah tulisan-tulisan lainnya dan terbit setiap hari
Kamis, 06 September 2012
SILABUS
MATA KULIAH
Program Studi : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kode Mata Kuliah :
Mata Kuliah :
Bahasa Indonesia
Jumlah sks :
2sks
Semester :
Genap
Mata Kuliah Pra Syarat : -
Deskripsi Mata Kuliah
: Mata kuliah bahasa Indonesia sebagai MKDU menekankan keterampilan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam ranah membaca,
berbicara, menyimak, dan menulis.
Standar kompetensi
: Mahasiswa terampil berbahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan
bahasa Nasional secara baik dan benar untuk menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai perwujudan
kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.
Kompetensi dasar
|
Indikator
|
Pengalaman belajar
|
Materi Ajar
|
Waktu
|
Alat/Bahan/Sumber belajar
|
Penilaian
|
1. Mahasiswa dapat menceritakan secara
singkat sejarah perkembangan bahasa Indonesia dan mahasiswa dapat menjelaskan
secara singkat pengertian bahasa
|
1. Mahasiswa mampu menyebutkan periode singkat sejarah
perkembangan bahasa
2. mahasiswa mampu menulis batasan
mengenai bahasa
3. Mahasiswa mampu memberikan penjelasan
singkat mengenai bahasa
4. Mahasiswa mampu menyebutkan kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
|
Mahasiswa membaca bahan sejarah
perkembanagan bahasa
Mahasiswa mendengarkan penjelasan
mengenai periode perkembangan bahasa
Mahasiswa mencatat ringkasan.
Mahasiswa mendengarkan penjelasan tentang
pengertian bahasa.
mendengarkan tentang penjelasan sejarah
bahasa
Mahasiswa
mendengarkan penjelasan tentang pengertian bahasa
|
Sejarah bahasa
Indonesia
Batasan bahasa
Hakikat
kedudukan bahasa Indonesia (sikap penutur bahasa)
|
100’
|
Bahan fotokopi
sejarah perkembangan bahasa Indonesia dan pengertian bahasa.
Skema sejarah
bahasa Indonesia.
Halim dan Yayah
(1983).
Marhijanto
(t.t.)
Yamilah (1994).
|
Perilaku harian dan sikap harian
|
2. Mahasiswa dapat menyebutkan salah satu hakikat bahasa
(beserta contoh) dan menyebutkan salah satu fungsi bahasa (beserta contoh)
|
1. Mahasiswa dapat menyebutkan hakikat
bahasa
2. Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi
bahasa
3. Mahasiswa
dapat memberikan contoh hakikat bahasa
4. mahasiswa
dapat membeikan contoh fungsi bahasa.
|
Mahasiswa
mengumpulkan
dan salah satu
membacakan hasil tugas rumah mengenai hakikat bahasa
Mahasiswa
mengumpulkan tugas rumah contah penggunaan bahasa (yang sudah diarahkan
sesuai fungsi bahasa oleh dosen) dan salah satu membacakan.
Mahasiswa
mendengarkan penjelasan dosen mengenai hakikat dan fungsi bahasa.
Mahasiswa
mencatat secara ringkas hakikat bahasa dan fungsi bahasa
|
Hakikat bahasa
Fungsi bahasa
Identifikasi
fungsi bahasa
|
100’
|
Bahan fotokopi
Tugas yang dikumpulkan mahasiswa
Chaer (1994)
Hidayat (2006)
|
Perilaku harian
Wawancara
|
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi
bahasa Indonesia ragam ilmu
|
1. Mahasiswa mampu menyebutkan ragam
bahasa
2. Mahasiswa mampu menunjukkan contoh
masing-masing ragam bahasa
3. Mahasiswa mampu menjodohkan ragam
bahasa dengan kelompok orang yang menggunakan ragam tersebut.
|
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen
tentang ragam bahasa
Mahasiswa mencatat kelompok manusia yang
mempergunakan ragam bahasa.
|
Batasan ragam bahasa
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa bisnis
Ragam
bahasa sastra
Ragam
Bahasa filosof
Ragam bahasa jurnalistik
|
100’
|
Utami (2001)
Widhowati, dkk. (1992)
Prayitno, dkk. (2000)
Ramblan, dkk (1992).
|
Perilaku harian
wawancara
|
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan
bahasa Indonesia yang baik dan benar
|
1. Mahasiswa mampu menulis dengan
mempergunakan huruf sesuai ejaan.
2. Mahasiswa mampu menulis dengan
mempergunakan tanda baca sesuai dengan ejaan.
3. Mahasiswa mampu menulis dengan
mempergunakan istilah sesuai dengan ejaan.
|
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen.
Mahasiswa menulis karya dengan menerapkan
huruf dan tanda baca sesuai ejaan yang sudah dijelaskan.
Mahasiswa menuliskan istilah
|
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
|
100’
|
Widhowati, dkk. (1990)
EYD (2008)
Prayitno, dkk. (2000)
Ramlan, dkk. (1992)
Kridalaksana (2006)
Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia.
|
Wawancara
Perilaku Harian
|
5. Mahasiswa dapat menulis kalimat
efektif
|
1. Mahasiswa mampu membuat kalimat
berstruktur SPO
2, Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan
struktur kalimat yang dibuat/dikutip dari bacaan/wawancara
3. Mahasiswa dapat mengedit kalimat yang
telah dibuat oleh teman.
4. Mahasiswa dapat membuat paraphrase
hasil wawancara/wacana
|
Mahasiswa
mendengarkan penjelasan dosen tentang kalimat efektif
Mahasiswa
mendengarkan penjelasan tentang struktur kalimat
Mahasiswa
membuat kalimat sendiri.
Mahasiswa
mengoreksi kalimat yang telah dibuat.
Mahasiswa
Mengoreksi
kalimat yang dikutip dari bahan bacaan/wawancara
Mahasiswa
mengoreksi kalimat yang dibuat oleh teman
Mahasiswa
membuat paraphrase untuk hasil wawancara/wacana
|
Batasan kalimat
Struktur
kalimat
Pengertian
kalimat efektif
|
100’
|
Kalimat hasil
kutipan mahasiswa
Kalimat hasil
tulisan mahasiswa
Badudu
Razak (1994)
Prayitno dkk.
(2000)
Keraf (1988)
Natawidjaja (1996)
|
Perilaku harian
wawancara
|
6. Mahasiswa dapat menulis paragraf
dengan pola pikir yang jelas.
|
1. Mahasiswa mampu membuat paragraf berpola pikir induktif
2. Mahasiswa mampu membuat paragraf
berpola pikir deduktif.
3. Mahasiswa mengetahui pola pikir dalam
paragraf
|
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen
Mahasiswa membuat paragraf berpola pikir
induktif
Mahasiswa membuat paragraf berpola pikir
Mahasiswa
membuat paragraf berdasarkan kalimat yang ada.
|
Pengertian
Paragraf
Pola pikir
pagraf
Pengembangan
paragraf
|
100’
|
Parera, (1987).
Badan Penerbit
Undip (1994)
Prayitno, dkk. (2000)
|
Perilaku harian
|
7. Mahasiswa dapat menyusun karya ilmiah
untuk berbagai kepentingan sesuai dengan ragam ilmu
--PKM, LKTM, proposal, dan laporan
penelitian.
|
1. Mahasiswa mampu mengindentifikasi
format karya ilmiah –PKM, LTKM, proposal, PKMI, artikel publikasi, dan
laporan penelitian
2. Mahasiswa
mampu menyusun salah satu karya ilmiah
3. Mahasiswa mampu proposal penelitian
|
Mahasiswa membaca berbagai pedoman
penulisan karya ilmiah bidang ilmu yang ditekuni
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen.
Mahasiswa mendiskusikan hasil pembacaan
pedoman penulisan karya ilmiah
Mahasiswa menuliskan secara ringkas
tentang pedoman berbagai penulisan ragam ilmu
|
Ragam
Bahasa II Pedoman PKM.
Pedoman
LKTM
Pedoman
PKMI
Pedoman
laporan penelitian
Pedoman
artikel publikasi
Pedoman proposal penelitian
|
|
Bahan fotokopi
pedoman PKM dari Dikti.
Pedoman skripsi
fakultas di UMS
Prayitno, dkk. (2000)
Pedoman LTKM
Pedoman PKMI
|
Wawancara
Perilaku harian
|
8. Mahasiswa dapat menulis sebuah karya
ilmiah (untuk PKMP atau PKMI atau
seminar dan diskusi)
|
1. Mahasiswa mampu menulis topik artikel
ilmiah berdasarkan penelitian yang dimiliki atau laporan tugas praktik di
laboratorium.
2. Mahasiswa mampu menulis rumusan
masalah dari topic yang sudah ditulis.
3. Mahasiswa
mampu menulis bagian pendahuluan karya ilmiah
4. Mahasiswa
mampu menulis bagian pembasan atau isi karangan
5. Mahasiswa
mampu menulis daftar pustaka
6. Mahasiswa
mampu menulis kutipan langsung dan tidak langsung dalam karya ilmiah.
|
Mahasiswa mendengarkan
penjelasan dosen
Mahasiswa
melakukan konsultasi
Mahasiswa
menulis topic karya ilmiah dan didiskusikan dengan dosen.
Mahasiswa
menulis bagian rumusan masalah.
Mahasiswa
menulis bagian pendahuluan karya ilmiah
Mahasiswa
menulis karya ilmiah bagian pembahasan atau isi karangan
Mahasiswa
menulis sebuah daftar pustaka
Mahasiswa
menulis kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
|
Penulisan Karya tulis ilmiah
|
4 x 100’
|
Sudjana dan Ulung (2001).
Barnum (2000)
Prayitno, dkk. (2000).
Keraf
Badan Penerbit
Undip (1994)
Djuroto dan
Bambang, (2002)
Indriati, (2001)
Hartono. (2002)
Yamilah dan
Slamet (1994.)
Parera (1987)
|
Perilaku harian
Wawancara |
9. Mahasiswa dapat menyebutkan dan
menyajikan jenis ragam lisan ilmiah
|
1. Mahasiswa
mampu menyebutkan ragam lisan ilmiah
2. Mahasiswa
mampu membuat sajian lisan berbentuk power
point
3. Mahasiswa
mampu menjawab pertanyaan ketika presentasi
|
Mahasiswa
mendengarkan penjelasan dosen.
Mahasiswa
menyajikan secara lisan karya ilmiah
Mahasiswa membuat presentasi dengan power
point
|
Ragam lisan ilmiah (seminar, workshop,
dsb.)
Presentasi
hasil karya tulis ilmiah
|
100’
|
Karya presentasi karya ilmiah program
power point.
Karya imliah hasil mahasiswa
Proposal PKM
Artikel PKMI
|
Perilaku harian.
|
Rabu, 05 September 2012
Selasa, 04 September 2012
bimbingan karya tulis
Alasan bahasa melayu sebagai bahasa nasional
Merunut
perkembangan sejarah bahasa Indonesia, berarti membicarakan bahasa Melayu
sebagai akar bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang.
Dari zaman dahulu, bahasa Melayu sudah dipakai sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di kepulauan Nusantara, bahkan hampir semua Asia Tenggara.
Bukti bahasa Melayu digunakan di Nusantara antara lain tertulis pada:
Dari zaman dahulu, bahasa Melayu sudah dipakai sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di kepulauan Nusantara, bahkan hampir semua Asia Tenggara.
Bukti bahasa Melayu digunakan di Nusantara antara lain tertulis pada:
- Prasasti Kedukan Bukit di
Palembang, tahun 683
- Prasasti Talang Tuo di
Palembang, tahun 684
- Prasasti Karang Brahi di Jambi,
tahun 688
- Prasasti Gandasuki, tahun 832
di Jawa tengah dan pada Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942
Bukti-bukti
di atas menunjukkan bahwa sejarah bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa
Melayu kuno sudah digunakan bukan saja di pulau Sumatra, tetapi juga di pulau
Jawa.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, para ilmuwan mengemukakan bahwa pada zaman kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu digunakan dengan fungsi sebagai berikut.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan hidup dan sastra.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan/pergaulan antar suku di Indonesia.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, baik suku yang ada di Indonesia maupun pedagang-pedagang dari wilayah di luar Indoensia.
Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa resmi kerajaan Sriwijaya.
Pengakuan Bahasa Indonesia Secara Resmi
Catatan sejarah bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia mengalami pertumbuhan terus-menerus. Baik dari luas wilayah para penggunannya maupun struktur bahasa Indonesia itu sendiri. Sehingga semakin ke depan, bahasa Indonesia menjelma menjadi bahasa yang modern, yang kaya kosakata dan mantap dalam struktur.
Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda, yang salah satu isinya mengakui dan meresmikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia. Ikrar tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Dengan adanya ikrar dalam Sumpah Pemuda tersebut, maka resmilah bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.
Alasan Bahasa Melayu Dijadikan Bahasa Indoensia
Ada beberapa alasan mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa nasional kita, yaitu sebagai berikut.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, para ilmuwan mengemukakan bahwa pada zaman kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu digunakan dengan fungsi sebagai berikut.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan hidup dan sastra.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan/pergaulan antar suku di Indonesia.
Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, baik suku yang ada di Indonesia maupun pedagang-pedagang dari wilayah di luar Indoensia.
Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa resmi kerajaan Sriwijaya.
Pengakuan Bahasa Indonesia Secara Resmi
Catatan sejarah bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia mengalami pertumbuhan terus-menerus. Baik dari luas wilayah para penggunannya maupun struktur bahasa Indonesia itu sendiri. Sehingga semakin ke depan, bahasa Indonesia menjelma menjadi bahasa yang modern, yang kaya kosakata dan mantap dalam struktur.
Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda, yang salah satu isinya mengakui dan meresmikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia. Ikrar tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Dengan adanya ikrar dalam Sumpah Pemuda tersebut, maka resmilah bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.
Alasan Bahasa Melayu Dijadikan Bahasa Indoensia
Ada beberapa alasan mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa nasional kita, yaitu sebagai berikut.
- Bahasa Melayu sudah menjadi
bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
- Bahasa Melayu sederhana, mudah
dipelajari karena tidak mengenal tingkatan bahasa.
- Semua suku di Indonesia sepakat
bahasa Melayu dijadikan bahasa nasional.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
- sebagai lambang kebangsaan
- sebagai lambang identitas
nasional
- sebagai alat komunikasi antar
suku dan antar budaya
- sebagai alat penyatuan bangsa
Sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
- sebagai bahasa resmi kenegaraan
- sebagai pengantar dalam dunia
pendidikan
- sebagai alat perhubungan di
tingkat nasional
- sebagai alat pengembangan
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Begitulah sejarah bahasa Indonesia dari awal perkembangannya hingga
sekarang. Kita sebagai generasi bangsa patut tahu dan bangga akan bahasa
Indonesia dengan mempergunakannya secara baik dan benar.
maaf gan agak berbau
maaf gan agak berbau
Langganan:
Postingan (Atom)